Judul Buku : Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat
Penulis : Cindy
Adams
Penerbit : Yayasan Bung Karno
Tahun : 2018
Jumlah Halaman : 415
Cara yang paling mudah untuk melukiskan tentang diri
Sukarno ialah dengan menamakannya seorang yang maha‐pencinta. Ia mencintai
negerinya, ia mencintai rakyatnya, ia mencintai wanita, ia mencintai seni dan
melebihi daripada segala‐galanya ia cinta kepada dirinya sendiri.
Sukarno adalah seorang manusia perasaan.
Seorang pengagum. Ia menarik napas panjang apabila menyaksikan pemandangan yang
indah. Jiwanya bergetar memandangi matahari terbenam di Indonesia. Ia menangis
dikala menyanyikan lagu spirituil orang negro.
Orang mengatakan bahwa Presiden Republik
Indonesia terlalu banyak memiliki darah seorang seniman. "Akan tetapi aku
bersyukur kepada Yang Maha Pencipta, karena aku dilahirkan dengan perasaan
halus dan darah seni. Kalau tidak demikian, bagaimana aku bisa menjadi Pemimpin
Besar Revolusi, sebagaimana 105 juta rakyat menyebutku? Kalau tidak demikian,
bagaimana aku bisa memimpin bangsaku untuk merebut kembali kemerdekaan dan
hak‐asasinya, setelah tiga setengah abad dibawah penjajahan Belanda? Kalau
tidak demikian bagaimana aku bisa mengobarkan suatu revolusi di tahun 1945 dan
menciptakan suatu Negara Indonesia yang bersatu, yang terdiri dari pulau Jawa,
Bali, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Maluku dan bagian lain dari
Hindia Belanda?
Aku tahu, bahwa orang ingin mengetabui,
apakah Sukarno seorang kolaborator Jepang semasa Perang Dunia Kedua. Kukira
hanya Sukarno yang dapat menerangkan periode kehidupannya itu dan karena itu ia
bersedia menerangkannya. Bertahun-tahun lamanya orang bertanya‐tanya, apakah Sukarno
seorang Diktator, apakah dia seorang Komunis; mengapa dia tidak membenarkan
kemerdekaan pers; berapa banyak isterinya; mengapa dia membangun departemen
store‐departemen store yang baru, sedangkan rakyatnya dalam keadaan
compang‐amping......... Hanya Sukarno sendiri yang dapat menjawabnya. Ini
adalah pekerjaan yang sukar bagiku.
Suatu otobiografi adalah ibarat pembedahan
mental bagiku. Sungguh berat. Menyobek plester pembalut luka-luka dari ingatan
seseorang dan membuka luka‐luka itu, memang sakit, sekalipun banyak diantaranya
yang sudah mulai sembuh. Terkadang aku membuat kesalahan dalam tata bahasa dan
seringkali aku terhenti karena merasa agak kaku. Akan tetapi, mungkin juga aku
wajib menceritakan kisah ini kepada tanah airku, kepada bangsaku, kepada
anak‐anakku dan kepada diriku sendiri. Karenanya kuminta kepadamu, pembaca,
untuk mengingat bahwa, lebih daripada bahasa kata‐kata yang tertulis adalah
bahasa yang keluar dari lubuk hati. Buku ini tidak ditulis untuk mendapatkan
simpati atau meminta supaya setiap orang suka kepadaku. Harapanku hanyalah,
agar dapat menambah pengertian yang lebih baik tentang Sukarno dan dengan itu
menambah pengertian yang lebih baik terhadap Indonesia yang tercinta.
Download
ebook Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat
pdf via Google Drive:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar