Penulis: Peter Carey
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia
Tahun: 2017
Jumlah Halaman: 298
Perang Jawa (1825-30) adalah suatu
“tsunami” dalam sejarah Indonesia modern yang menghancurkan tatanan lama Jawa
dan melahirkan sebuah pemerintah kolonial baru, Hindia Belanda (1818-1942).
Perang total ini juga menjadi pemicu lahirnya historiografi baru. Untuk pertama kali
dalam sastra Jawa modern muncul sebuah oto biografi —Babad Diponegoro
(1832)—yang ditulis Pangeran Diponegoro (1785-1855) dalam pengasingan di
Manado.
Isu
legitimasi kekuasaan menjadi hal yang diperdebatkan dengan seru. Apakah sang
Pangeran murni memperjuangkan kebenaran sebagai Ratu Adil atau sebenarnya
dimakan kepongahan kekuasaaan alias pamrih? Bagi musuh bebuyutan Diponegoro di
Bagelen, Raden Adipati Cokronegoro I, bupati perdana Purworejo pascaperang
(menjabat 1831- 1856), jawaban sudah jelas: Diponegoro seorang yang hebat tapi
memiliki kelemahan fatal: ambisi dan keangkuhan.
Dalam
naskah yang ditulis Cokronegoro dengan bantuan mantan panglima Diponegoro di
Bagelen, Basah Pengalasan, Babad Kedung Kebo (1843), Cokronegoro seperti
menjawab otobiografi sang Pangeran. Versi sejarah Perang Jawa ini membenarkan
pilihan Cokronegoro untuk memihak kepada Belanda. Kekuasaan kolonial baru yang
bercokol telah menjadi masa depan bangsa dan belum saatnya untuk mengusir kaum
penjajah. Maka mengharapkan muncul seorang Juru Selamat alias Ratu Adil amat
terlalu dini.
Buku
ini, yang didasarkan pada dua tulisan kunci pakar Perang Jawa, Peter Carey,
pada pertengahan 1970-an, tentang Babad Kedung Kebo dan historiografi Jawa,
merupakan pengantar inspiratif untuk sejarawan. Buku ini mengajak kita untuk
mengerti bahwa sejarah Jawa pada awal abad ke-19 sangat beraneka ragam dan
historiografi lokal sangat kaya. Tulisan Cokronegoro juga memperingatkan kita
bahwa tidak ada satu versi sejarah yang benar. Babad Kedung Kebo menjadi salah
satu bahan yang mengukir dunia Jawa.
Download ebook Sisi Lain Pangeran
Diponegoro pdf via Google Drive:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar