Judul Buku: Aku Berpikir Maka Aku Tertawa
Penulis: Jhon Allen
Penerbit: Khazanah
Tahun: 2005
Jumlah Halaman: 238
“Filsafat”, kesan sebagian besar orang Indonesia terhadap istilah ini
seringkali artifisial. Filsafat sering dipandang sebagai bidang eksklusif yang
tidak sembarang orang bisa memahami. Filsafat dilihat sebagai satu dunia yang
mahal, mewah, eksklusif, elite, dan kadang dianggap suatu yang khusus. Satu dunia
yang sesekali dipuji dan diidealkan, tetapi tidak jarang pula dihujat dan
disesatkan. Apalagi jika dikaitkan dengan logika ekonomi yang menjadi dasar
berpikir manusia masa kini, maka filsafat harus dikatakan sebagai "makhluk
asing" yang tidak memberikan profit apapun selain
"pembingungan".
Filsafat bagi sebagian besar kita identik dengan kata ruwet, mengada-ada,
tidak mau diatur, ingin menang sendiri, mengacaukan ketertiban, anti
spiritualitas atau agama. Selain itu juga termasuk gambaran-gambaran tentang
seorang filosof sebagai tukang debat yang tidak mau disalahkan,
orang kurang kerjaan yang membahas hal-hal yang sudah jelas atau
orang yang hidupnya kacau, berambut gondrong, jarang mandi dan
menyebalkan.
Ironisnya lagi, pandangan yang artifisial terhadap filsafat tersebut
seringkali juga menjangkiti mereka yang menggeluti dunia filsafat seeara
langsung, baik para mahasiswa filsafat, dosen filsafat maupun para peminat
filsafat itu sendiri. sehingga ada kalanya mereka ini belum merasa menjadi
penduduk dunia filsafat yang 'sah' jika belum menampilkan ciri-ciri artificial
tersebut.
Selain pandangan-pandangan yang sedemikian rupa, seseorang beranggapan
negatif yang berawal dari susahnya belajar filsafat, termasuk karena
keruwetan-keruwetan cara kajiannya atau susah dipahaminya
pemikiran-pemikiran kefilsafatan di buku-buku filsafat. Mereka ini kemudian
menyimpulkan bahwa kerja filsafat itu hanya "bikin bingung" atau
sekedar keruwetan dan mereka yang "kurang kerjaan" saja.
John
Allen dengan bukunya yang unik ini ingin menunjukkan bahwa
filsafat dengan segala pernik epistemologis, ontologis dan aksiologisnya adalah
juga hasil cipta, karya dan rasa manusia biasa melalui ruang lingkup
pemahamannya yang bernama akal-budi. Karena merupakan produk dari manusia, maka
filsafat juga memiliki atribut-atribut manusiawi seperti subyektifitas,
partikularitas, kontekstualitas dan lain sejenisnya. Meskipun kerja filsafat
biasanya diandaikan sebagai pendayagunaan akal-budi manusia secara radikal
untuk pencapaian 'kebenaran' fundamental, namun tetap saja
keterbatasan-keterbatasan manusiawi tidak mungkin dilepaskan darinya.
Dari yang sudah terpapar diatas, buku ini pada dasarnya bernuansa filsafat,
namun pembaca tidak diajak untuk berpikir serius apalagi jelimet, karena
filsafat juga dapat disajikan dengan ungkapan-ungkapan yang sederhana dan
bahkan dalam bentuk humor yang menyegarkan. Sebagaimana yang
diilustrasikan oleh penerjemah dalam pengantarnya, bahwa dalam
buku Allen ini produk akal-budi manusia itu pada dasarnya adalah
kontekstual dan manusiawi. Apabila dicoba untuk diterapkan "tidak
pada tempatnya", dicabut dari konteks wacana yang melatarinya,
maka makna dan ketepatan asumsi dasarnya akan bergeser, dan yang
terjadi kemudian adalah kelucuan-kelucuan. “Aku berfikir, maka aku tertawa”.
Buku ini sendiri mengelaborasian tiga wilayah utama yang menjadi lahan
kajian favorit kefilsafatan, yaitu logika, sains, dan sosial-kemasyarakatan.
Dengan gaya pemikiran dan sudut pandang dari Allen ini,
tentunya buku ini cocok dibaca oleh semua kalangan. Akan tetapi buku ini karena
merupakan buku terjemahan, dalam tata bahasanya ada sebagian yang sulit
difahami. Selain itu juga, bisa jadi bagi kalangan yang terlalu fanatik akan
dunia filsafat menganggap buku ini sebagai pelecehan terhadap filsafat. Namun,
dari semua itu buku ini tetap memilik nilai positif dalam membangun perspektif
baru akan dunia filsafat.
Download
ebook Aku Berpikir Maka Aku Tertawa pdf via
Google Drive:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar