Judul Buku: Republik Ken Arok
Penulis: Candra Malik
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia
Tahun: 2016
Jumlah halaman: 276
"Ken Arok
adalah Indonesia hari ini, melahirkan dinasti raja yang turun-temurun dari
Singasari ke Majapahit, ke Demak, ke Mataram, hingga raja-raja kecil di peta
politik kini. Dialah pahlawan kegelapan yang membawa cahaya baru, menurut
teorinya sendiri, yaitu bara api pergolakan." demikian Candra Malik
menulis dalam salah satu esai yang ada di buku ini.
Seolah sastrawan itu mengingatkan bahwa politik dapat memiliki wajah yang sama,
kapan pun di mana pun. Pemimpin demi pemimpin muncul entah dari mana, menembus
lorong waktu dulu, kini, dan nanti. Lalu kita terkesima dengan sosok kesatria
yang penuh pesona, serta-merta lupa akan proses sejarah yang ada.
Padahal, seperti disebutkan penulis, membangun kepemimpinan laksana menempa
keris. Jika belum saatnya, tapi sudah dipaksakan, korban berikutnya akan jatuh.
Toh, kali ini, di buku ini, Candra Malik tak melulu bicara politik. Ia tetap
menafsir kejadian sehari-hari dengan tinjauan spiritualitas yang khas, dari
soal "korma dan klepon", sampai "cincin dan batu akik".
Ada esai artinya ada orang yang berpikir. Di negeri seperti Indonesia, mesti disyukuri jika ada orang yang merelakan dirinya berpikir, menjadikan kegiatan berpikir demi pemikiran itu sendiri sebagai pekerjaan, bahkan menjadi kehidupannya.
Apa bedanya berpikir dengan tidak berpikir, sehingga sebelum bertindak seseorang sebaiknya lebih dulu berpikir? Berpikir itu artinya membongkar mitos. Kalau belum membongkar, tentu belum cukup berpikir. Artinya yang tidak berpikir hidupnya dikuasai mitos, padahal mitos sama saja dengan berhala.
Bayangkan jika suatu tindakan, pembangunan bangsa misalnya,
dijalankan tanpa pemikiran yang teruji! Itulah yang membuat esai-esai seperti
yang terdapat dalam buku kumpulan esai Republik Ken Arok ini layak dibaca.
- Seno Gumira Ajidarma, Sastrawan
Membaca Candra Malik seperti mengeja ayat-ayat Cinta, yaitu Cinta
pada agamanya, negerinya, tanpa meninggalkan budayanya. Ia adalah perpaduan
antara Islam, Indonesia, dan Jawa. Membaca karya Candra Malik, sebagaimana
dalam sekumpulan esai Republik Ken Arok ini adalah membaca potret
Nusantara.
- Maman Suherman, Kriminolog Universitas Indonesia,
Penulis Novel Re:
Buku Republik Ken Arok ini enak dibaca karena disajikan dengan
sangat lincah dalam penggunaan kata-kata dan penyusunan kalimat. Terbukti lagi,
tulisan yang lincah mendayu, ringan, bercanda, dan menyindir tak selalu menjadi
sekedar ekspresi kegenitan orang iseng atau kejengkelan orang yang gelisah. Ia
bisa serius dan mendalam. Buku ini menyadarkan bahwa kita berada dalam situasi
buruk karena kehilangan kepercayaan pada diri sendiri, kepercayaan kepada orang
lain, dan kepercayaan dari orang lain, sehingga kehilangan pula rasa
kebersamaan yang selalu kita banggakan sebagai warisan budaya adiluhung kita.
Buku ini juga membeber dengan enak tentang potret kekinian kita
sebagai potret kemunculan kepenguasaan Ken Arok dalam bernegara. Ada cerita
tentang Lembu Peteng, ada pula petuah tentang filosofi tugas Ratu Adil, dan
banyak hal lain. Semuanya ditulis dengan mengalir lincah sehingga tidak
membosankan membacanya berlama- lama dan tidak menyulitkan untuk menangkap
pesan susbtantifnya. Sulit membantah bahwa Candra Malik, penulis buku ini,
adalah penulis yang lihai dengan pemahaman dan citarasa yang penuh empati
terhadap problem-problem kita.
- Prof Mohammad Mahfud Md, Ketua Mahkamah Konstitusi periode
2008-2013.
Kesufian
Candra Malik langsung terasa saat membaca tulisan-tulisan dalam buku sekumpulan
esai Republik Ken Arok, yang pernah diterbitkan di berbagai media. Selain humor
yang cerdas, juga logika yang seringkali mengejutkan karena berbeda dengan
dugaan kita.
- Bondan Winarno, Penulis
Download ebook Republik Ken Arok pdf via Google Drive:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar