Blog yang khusus menyediakan link download koran, majalah dan ebook gratis, khususnya yang berkaitan dunia pendidikan, sains dan agama

Download Majalah Intisari Edisi September 2021

 

Tanggal rilis: 02 September 2021

08 – Menyelamatkan Nyawa Para Buruh Pabrik Gula

20 - Ketika Santri “Belok Kiri”

42 - Di Pulau Buru Kuhabiskan Sisa Hidupku

Secuil Kesaksian Dari Pusaran Geger 1965

Saya pernah berjumpa dengan Randimo, dalang ketoprak Balekambang, Surakarta. Lelaki asal Prambanan itu penyintas geger 1965. “Dulu nama karawitan Paguyuban LEKRA itu disegani,” ujarnya. “Semua tidak tahu-menahu, yang penting dibayar,” ujarnya. “Tidak ada rasa takut, karena tidak tahu.” Sekitar 1964-1965 Randimo berpentas bersama Krido Mardi di Prambanan. Kelompok ketoprak di bawah naungan Lembaga Kebudajaan Rakjat (LEKRA) itu tengah berada di tajuk kesohorannya.

Suatu malam ketika dia sedang pentas, sebuah huru-hara meledak di Pandan Simping, tak jauh dari Candi Prambanan. Di kolong jembatan yang menghubungkan Yogyakarta dan Klaten, ratusan warga dan pemain ketoprak yang diduga simpatisan LEKRA dibantai tanpa pengadilan. Ketoprak tersangkut dalam keruwetan politik, meskipun pemainnya tidak berpolitik dan tidak tahu apa itu politik. Sejak pembersihan orang-orang terkait PKI, banyak teman-teman Randimo yang menghilang. Pemain ketoprak diambil satu-satu saat pentas, bahkan pesinden turut terciduk.

“Teman ketoprak saya banyak sekali yang kena. Tapi, alhamdulillah ada yang tidak dibunuh. Saya selamat.” Randimo selamat karena berganti peran, bukan sebagai pemain ketoprak melainkan sebagai petugas berseragam tentara. Sejarah tragedi 1965 sejatinya belum selesai ditulis. Beberapa tahun belakangan ini fakta-fakta baru bermunculan. Ada yang menyakini, ada pula yang menyanggahnya. Namun, setiap peristiwa yang terekam dalam ingatan tidak akan menjadi sejarah apabila tidak ada yang menuliskannya. Ingatan-ingatan itu rentan pudar dan hilang seiring perjalanan zaman.

Kami menuliskan kembali kesaksian atau pengalaman tentang tragedi kelam itu sebagai pelajaran untuk masa depan. Pramoedya Ananta Toer, yang pernah dituduh komunis dan menghuni Pulau Buru, pernah berkata, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”










Link Download

DOWNLOAD

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar