Judul Buku: Incognito Pak Harto: Perjalanan Diam-diam Seorang
Presiden Menemui Rakyatnya
Penulis: Mahpudi
Penerbit: Yayasan Harapan Kita
Tahun: 2013
Jumlah Halaman: 313
Rajin menggali aspirasi dari rakyat. Itulah yang dilakukan Pak
Harto setahun setelah menjadi Presiden RI. Ia melakukan perjalanan diam-diam
(incognito) untuk menemui rakyatnya, melihat langsung berbagai kegiatan
ekonomi, dan meninjau proyek-proyek pembangunan di kawasan yang kebetulan
dilintasi.
Cara itu, tampaknya, dipilih karena Pak Harto tidak mau ada sekat formalitas
dan berbagai macam seremonial penyambutan artifisial, yang tidak mencerminkan
kondisi sebenarnya. Dari pengamatan langsung, mendengarkan keluh kesah rakyat,
dan dialog spontan dengan siapa pun dari berbagai lapisan yang ditemui sampai
pelosok desa, Pak Harto mendapatkan informasi sebagai bahan pengambilan
kebijakan pembangunan di awal Orde Baru. Dari hasil incognito di Desa
Sumberejo, Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah, misalnya, konon tercetus gagasan
tentang perlunya sosialisasi nilai-nilai Pancasila secara sistematis.
Perjalanan berlangsung dua tahap, pada April dan Juli 1970. Kisah incognito
periode awal itulah yang diungkap di buku ini. Buku ini juga dilengkapi dengan
ratusan foto dokumentasi incognito Pak Harto, berikut pengantar dan keterangan
singkat mengenai eksistensinya. Foto tersebut tidak lain merupakan bagian dari
dokumentasi di Museum Purna Bhakti Pertiwi yang tidak terekspose. Foto-foto ini
awalnya minim keterangan dan tidak runut. Untuk merekonstruksi ratusan foto
itu, dilakukanlah riset dan napak tilas incognito Pak Harto pada 2012.
Ekspedisi ini untuk menggali keterangan dari saksi sejarah dan
mendokumentasikan temuan yang masih terdapat di lokasi saat foto-foto tersebut
diambil. Dari dokumentasi dan hasil napak tilas itulah buku ini disusun.
"Yang saya lakukan dalam hal itu adalah memberikan informasi dasar seperti
nama tempat, waktu maupun aktivitas utama dari yang terpapar pada foto,"
tulis Mahpudi.
"Dalam perjalanan diam-diam itu beliau mendapatkan banyak masukan yang
berharga," ucap Siti Hardiyanti Rukmana, putri sulung Soeharto, yang juga
Ketua Umum Yayasan Harapan Kita, yang menerbitkan buku ini, Rabu pekan lalu.
Pakar komunikasi Effendi Gazali menilai, incognito menjadi bagian dari strategi
komunikasi yang bagus dan komplet pada waktu itu. Menurutnya, hal itu menjadi
bagian dari cara Soeharto mendapat masukan, membangun sistem kemudian
menjalankan kebijakan pemerintahan.
Ketelatenan Soeharto, menurut Sukardi Rinakit, peneliti dan pakar ilmu politik,
merupakan cara untuk menghindarkan Indonesia dari apa yang disebut "tirani
urgensi" masa itu. Tirani urgensi didefinisikan olehnya sebagai “putusan
dadakan” yang dilakukan pemerintah ketika negara mengalami masalah. "Tidak
kayak sekarang, kalau kekurangan daging, impor sapi, kalau kekurangan garam,
impor garam," kelakar Sukardi. Menurutnya, dengan mengumpulkan aspirasi
dari daerah yang jarang dijangkau, Pak Harto hendak berpikir jangka panjang dan
jauh ke depan. Ini tampak pula pada keputusan Pak Harto untuk membuat Repelita
I -V.
Dampak incognito itu ternyata tetap terjaga hingga puluhan tahun. Seperti
terlihat pada para petani di Desa Wringin Telu, Balung, Jember, Jawa Timur.
Saat Pak Harto wafat, warga desa berkabung dan tidak ada satu pun dari mereka
berangkat ke sawah. Ini adalah wujud duka para warga, yang secara batin merasa
dekat dengan Pak Harto.
Download ebook Incognito
Pak Harto pdf via Google Drive:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar