Judul Buku: Runtuhnya
Kerajaan Hindu-Jawa dan
Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara
Penulis: Prof. Dr.
Slamet Muljana
Penerbit: Lkis
Tahun: 2005
Jumlah Halaman: 328
Mengapa Majapahit runtuh? Apa peran China Muslim
dalam keruntuhan Majapahit? Benarkan China Muslim masuk ke lingkaran kekuasaan
Majapahit melalui pernikahan putri-putri China dengan para raja dan pembesar
Majapahit? Apa peran para wali yang sebagian (besar) merupakan keturunan China?
Era setelah Raja Hayam Wuruk sampai dengan
runtuhnya Majapahit adalah era yang sangat sedikit sumber beritanya. Hampir
tidak ada prasasti yang dibuat pada era ini. Kisah yang memuat era ini
sangatlah sedikit, diantaranya adalah Serat Kanda dan Babat Tanah Jawi. Kedua
kronik ini dijalin dengan dongengan (hal. xvii). Sedangkan berita dari
Negarakretagama dan Pararaton sangat terbatas mengungkap masa setelah kejayaan
Majapahit. Untunglah ada dokumen-dokumen Klenteng Sam Po Kong yang bisa
membantu untuk menuliskan sejarah pasca Hayam Wuruk sampai dengan keruntuhan
Majapahit. Itulah sebabnya Slamet Muljana mengucapkan terima kasih yang sangat
besar kepada Poortman dan Ir. Parlindungan (hal. xix). Dokumen Sam Po Kong ini
sangat membantu dalam merekonstruksi sejarah masa akhir Majapahit. Slamte
Muljana juga melengkapi analisisnya dengan berita Tiong Hoa dari Kelenteng
Talang dan berita-berita Portugis. Summa Oriental tulisan Tomme Pires
dan Da Asiakarangan de Barros adalah dua dokumen Portugis yang sangat
penting untuk mengungkap masa akhir Majapahit.
Mula-mula Slamet Muljana merekonstruksi urutan
raja-raja Majapahit setelah Hayam Wuruk wafat. Urutan raja-raja ini sangat
penting, sebab Serat Kanda dan Babat Tanah Jawi tidak memuat secara baik urutan
raja-raja dan para patihnya. Slamet Muljana bahkan menganggap bahwa Serat Kanda
dan Babat Tanah Jawi bisa diabaikan (hal. 35). Contohnya, Gajah Mada masih
hidup di saat-saat akhir Majapahit. Demikian pula Arya Damar dinyatakan
bersama-sama dengan Gajah Mada menyerang Bali. Rekonstruksi raja-raja Majapahit
bisa membantu untuk menapis kedua kronik yang dibalut dongeng tersebut.
Ada tiga belas raja Majapahit sebelum akhirnya
Majapahit menjadi bawahan Demak. Mulai dari Kertarajasa Jayawardhana sampai dengan
Kertabhumi. Dari ketigabelas raja itu, keluarga Raden Wijaya hanya memerintah
sampai dengan jaman Ratu Suhita. Selanjutnya berbagai keluarga silih berganti
memerintah Majapahit. Pada saat Kertabhumi menjadi raja, Majapahit ditaklukkan
oleh Panembahan Jin Bun alias Raden Patah dari Demak. Raden Patah adalah anak
dari Kertabhumi hasil perkawinannya dengan putri China yang dibuang ke
Palembang (hal 32-33). Yang menarik, menurut berita dari dokumen Sam Po Kong,
setelah menjadi bawahan Demak, Majapahit pernah diperintah oleh seorang raja
keturunan China bernama Njoo Lay Wa (1478 – 1486), sebelum akhirnya diganti
oleh Girindrawardhana.
Baik Serat Kanda maupun Babat Tanah Jawi, keduanya
memuat berita tentang hubungan Majapahit dengan Kerajaan Champa. Istri dari
Raja Majapahit yang bernama Putri Dwarawati adalah Putri Champa. Hubungan
Majapahit dengan Champa ini menyebabkan banyaknya orang-orang Champa yang
datang ke Majapahit. Kedatangan mereka ini sekaligus membawa dan menyebarkan
agama Islam. Itulah sebabnya Jin Bun, anak dari Kertabhumi menjadi Islam.
Jin Bun dan Kusen belajar Islam dari Bong Swie Ho
(Sunan Ampel), seorang China Islam asal Champa yang menjadi kepercayaan Arya
Damar (Swan Liong) dan kemudian menjadi menantu Gan Eng Chu, kepala pelabuhan
Tuban, yang juga seorang China Islam. Sedangkan Sunan Kalijaga, atau dikenal
sebagai Raden Said adalah Gan Si Cang putra Gan Eng Chu. Sebagai seorang Kapten
China di Semarang, Gan Si Cang membantu menyelesaikan pembangunan Masjid
Demak. Pengetahuannya tentang konstruksi kapal membuat Gan Si Cang menciptakan
saka tatal, disain tiang kapal yang sangat kuat menaham terpaan badai, sebagai
tiang di Masjid Demak.
Jin Bun tidak suka dengan Girindrawardhana yang
melakukan hubungan dagang dengan Portugis di Malaka. Maka Jin Bun menyerang
Girindrawardhana. Serangan ini mengakibatkan kekalahan di pihak
Girindrawardhana. Namun Jin Bun masih memberi ampun kepada Girindrawardhana dan
tetap membolehkannya menjadi Bupati Majapahit. Saat Raden Patah wafat dan
digantikan oleh anaknya, Adipati Unus (Yat Sun). Namun Adipati Unus hanya
memerintah 3 tahun dan digantikan oleh adiknya yang bernama Trenggono.
Trenggono menghukum Girindrawardhana karena masih tetap menjalin hubungan
perdagangan dengan Malaka yang dikuasai Portugis. Kali ini Toh A Bo, panglima
perang Demak tidak memberi ampun kepada Raja Girindrawardhana. Majapahit pun
runtuh pada tahun 1527 (ha. 109). Toh A Bo adalah putra Trenggono yang kemudian
mendirikan Kesultanan Cirebon dan bernama Sunan Gunung Jati.
Sayangnya, karena pertikaian keturunan Jin Bun,
Demak hanya bertahan tiga generasi. Sebab saat anak Trenggono yang bernama Muk
Ming (Bagus Mukmin) mengambil alih tahta Demak, dia diserang oleh Arya
Penangsang putra Raden Kinkin, cucu Jin Bun. Kinkin adalah putra Jin Bun dari
seorang selir. Arya Penangsang yang telah berhasil membunuh Muk Ming gagal
mengambil alih tahta Demak karena dibunuh oleh Jaka Tingkir, seorang pemuda
dari Pajang.
Buku ini juga menguraikan sejarah kerajaan-kerajaan
Islam di Nusantara. Mula-mula kerajaan Islam berdiri di Perlak (abad 12). Islam
di Perlak beraliran Syiah. Kerajaan Islam lain di Sumatra kerajaan Pasai yang
didirikan oleh Dinasti Fathimiah dari Mesir yang beraliran Safii. Namun
kemudian kerajaan Pasai direbut oleh Laksamana Johan Jani peranakan
India-Persia. Karena terputus dengan pusat dinasti Fathami di Mesir, maka
Perlak menjadi kerajaan dengan aliran Islam Syiah. Dinasti baru dari Mesir (Mamaluk)
yang berlairan Syafi kembali
ke Pasai dan menobatkan Marah Silu menjadi sultan di Kesultanan Samudra.
Kesultanan Pasai dan Kesultanan Samudra akhirnya bersatu akibat dari perkawinan
dan menjadi Kesultanan Samudra Pasai. Satu lagi kerajaan Islam di Sumatra
bagian utara adalah Kesultanan Aru Barumun, yang beraliran Syiah.
Kerajaan-kerajaan Islam di atas berdiri pada abad 12-13.
Malaka baru menjadi Islam pada abad 15, tepatnya
pada tahun 1414 saat Parameswara memeluk Islam dan bergelar Megat Iskandar Syah
(hal. 147). Islam di Malaka adalah Islam aliran Syafii.
Aliran Syiah dan aliran Syafi saling berebut
pengaruh di Sumatra. Termasuk masuknya aliran Syiah ke Minangkabau. Aliran
Hanbali yang sudah diwarnai gerakan Wahabi baru datang kemudian di Sumatra
Barat. Gerakan pembaharuan Islam di Minangkabau dipelopori oleh Haji Piobang,
Haji SUmanik dan Haji Miskin (hal. 161)
Sementara perkembangan Islam di Sumatra didominasi
oleh aliran Syiah dan Syafi, Jawa mengenal Islam dari China yang beraliran
Hanafi. Para pedagang China yang datang ke Jawa kebanyakan beragama Islam
aliran Hanafiah. Itulah sebabnya Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam beraliran
Hanafi (hal 173).
Di awal abad 15, di saat Islam mulai berkembang di
Jawa, Majapahit justru dilanda perang saudara. Perang Paregreg, yaitu perang
akibat pembagian Majapahit menjadi dua kerajaan. Kerajaan di barat dipimpin
oleh Wikramawardhana, suami Kusumawardhani (putri Hayam Wuruk dari permaesuri)
dan sebelah timur dipimpin oleh Wirabhumi (putra Hayam Wuruk dari selir).
Perang ini mengakibatkan kemerosotan ekonomi Majapahit dan hilangnya kontrol
Majapahit terhadap wilayah-wilayahnya di berbagai tempat. Sejak wafatnya Raja
Hayam Wuruk, selama 64 tahun (1389 – 1453) Majapahit dilanda perang saudara
terus menerus. Akibatnya, meski Majapahit masih berdiri, sebenarnya sudah
keropos dari dalam (hal 180). Di saat rakyat menderita akibat perang, para raja
Majapahit ini tetap hidup dalam kemewahan.
Slamet Mujana berargumen bahwa pernikahan raja-raja
Majapahit dengan putri China adalah salah satu sebab runtuhnya Majapahit (182).
Sejak Wikramawardhana menikahi putri China dan diikuti oleh para raja
berikutnya, membuat para pedagang China Islam memiliki kekuatan politik di
Majapahit. Saat Islam berjaya membangun pelabuhan-pelabuhan di pantai utara
Jawa, mereka telah berhasil memiliki kekuasaan politik yang didapat dari
Majapahit akibat dari pernikahan raja-rajanya dengan para putri China.
Berkembangnya masyarakat China Islam dan kemudian Islam Jawa di
pelabuhan-pelabuhan di pantai utara Jawa ini menimbulkan ketegangan dengan
masyarakat Hindu-Jawa (hal 187). Orang Tionghoa ingin meruntuhkan semangat
dagang orang Majapahit. Mereka bermaksud merobohkan negara nasional Hindu-Jawa,
dan kemudian didirikan negara Islam di bawah pimpinan orang Tionghoa
Asing/masyarakat Islam Tionghoa. Penyebaran Agama Islam di antara orang Jawa di
wilayah Majapahit mengandung maksud untuk mencari tambahan pengikut dan
memperkuat barisan demi pembentukan negara Islam (hal. 188).
Sedangkan keruntuhan Demak, Slamet Muljana
berasumsi karena pertikaian keluarga kesultanan dan akibat dari menguatnya aliran
Syi’ah (Pajang) di Jawa (bab 8).
Buku Slamet Muljana ini sungguh menarik. Slamet
Mujana menempatkan peran orang Tionghoa Islam sebagai aktor utama runtuhnya
Majapahit. Sumber utama dari gagasannya adalah Babat Tanah Jawi, Serat Kanda
dan dokumen-dokumen Kelenteng Sam Po Kong. Argumen beliau ini perlu diperiksa
lebih lanjut. Sebab, seperti Asvi Warman Adam di pengantar mengatakan bahwa
Slamet Muljana hanya menggunakan buku M.O Parlindungan tanpa memeriksa
sumber-sumber dokumen yang berasal dari Kelenteng Sam Po Kong (hal. xi).
Pemeriksaan seksama juga perlu dilakukan terhadap tokoh Arya Damar dan Sunan
Gunung Jati. Jika di depan Slamet Muljana menyampaikan bahwa Gajahmada sudah
amukti palapa (pensiun) setelah perang Bubad, di bagian akhir Gajahmada dianggap
khilaf karena mengijinkan Wikramawardhana menikahi putri China yang melahirkan
Aria Damar. Demikian pula dengan tokoh Sunan Gunung Jati. Slamet Mujana
berargumen bahwa Sultan Cirebon pertema ini adalah anak dari Sultan Trenggono
bernama Toh A Bo, sementara Henri Chambert-Loir dalam bukunya Naik Haji Di Masa
Silam (jilid I; hal. 158) menyampaikan bahwa Sunan Gunung Jati adalah anak
seorang saudagar Persia beribu Yahudi dan lahir di Aceh.
Aliran Islam di Pajang dalam buku ini disebutkan
sebagai aliran Syi’ah. Banyak buku yang menyebutkan bahwa timbulnya Pajang
setelah Demak runtuh adalah karena pertentangan dua aliran Agama Islam. Namun
saya tidak pernah menemukan bahwa Pajang menganut aliran Syi’ah. Aliran Islam
Pajang memang berbeda dari Islam Demak. Sebab aliran yang ada di Pajang adalah
Islam ajaran Syeh Siti Jenar. Islam Jawa. Islam yang bersinkretis dengan ajaran
Manunggaling Kawula Gusti yang sudah ada di Jawa sebelum Islam datang.
Download ebook Runtuhnya
Kerajaan Hindu-Jawa dan
Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara pdf via Google Drive:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar