Blog yang khusus menyediakan link download koran, majalah dan ebook gratis, khususnya yang berkaitan dunia pendidikan, sains dan agama

Download Majalah Intisari Edisi Agustus 2021

 

Tanggal rilis:  04 Agustus 2021

08 - Agustinus Adisutjipto, Bapak Penerbangan Indonesia

20 - Tanpa Jadi Tentara Mereka Jadi Pasukan Komando

44 - Misi Nekat Para Calon Pilot AU Belum Lulus Tapi Sudah Membom Markas Pasukan Belanda

Di Balik Seteru Ada Cerita Pilu

Sampul edisi ini menampilkan potret serdadu-serdadu KNIL Bumiputra yang berpose di sebuah studio, sekitar 1927. Foto itu mengingatkan saya pada sosok lelaki ganteng, Sikin Soemojitno. Dia kelahiran Prembun Jawa Tengah. Tidak jelas tahun kelahirannya, mungkin sekitar 1890-an. Karier militernya bermula sebagai serdadu KNIL di tangsi Kedungkebo, Purworejo. Di tangsi itu dia tinggal bersama istri dan anak perempuan satu-satunya.

Sukini, nama anak perempuan itu. Setiap hari dia mengantar ransum untuk makan siang ayahnya. Menu yang paling digemari sang ayah adalah sup snerek—sup bening dengan wortel dan kacang merah. Sekitar akhir 1920-an, Sukini bersekolah di depan pintu gerbang tangsi. Di sebelah sekolah itu ada sebuah gedung yang menurutnya “hanya orang kulit putih saja yang bisa masuk.” Bangunan yang sekarang dibiarkan rusak itu adalah societeit—tempat kumpul-kumpul para KNIL Eropa. Ada segregasi, warna kulit menjadi pembatas dan pembeda perlakuan.

Sukini tumbuh menjadi gadis cantik berkulit kuning. Orang-orang bilang, dia mirip noni Belanda. Seorang Belanda, yang pangkatnya lebih senior dibanding ayahnya, pernah berniat menjodohkan Sukini dengan anaknya. Namun, Soemojitno menolak. Kabarnya, penolakan itu dianggap pembangkangan sehingga Soemojitno mendekam di jeruji besi. Ah, cerita ini seperti film percintaan berlatar sejarah saja.

Sekitar 1930-an, Soemajitna dipin dahkan ke Fort Cochius, benteng segi delapan di Gombong. Benteng itu digunakan untuk Korps Militaire Pupillenschool. Dia berdinas sampai Jepang menaklukkan Hindia Belanda. Pangkat akhirnya, spaandrig—serdadu kelas I. Soemajitna meneruskan hidup sebagai petani, sawahnya banyak. Rumahnya berpendapa megah berhias lukisan besar Ratu Wilhelmina. Sekitar 1949, sekelompok pemuda menculiknya. Sejak malam itu dia tidak pernah kembali. Kematian mengajarkan kehidupan, dan konsep ras tidak memiliki dasar ilmiah. Sikin Soemojitno, lelaki ganteng itu adalah kakek buyut saya.






Link Download

DOWNLOAD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar