Tanggal
rilis: 01 Oktober 2021
08 - Peci, Pernah Jadi Identitas Anak Negeri
18 - Di Mana Para Pemuda Bersidang Pada 1928?
62 - Kaum Hawa Dalam Gaung Sumpah Pemuda
Hari-Hari Kelahiran Bahasa Persatuan
Perjalanan bahasa Indonesia
menjadi bahasa nasional memang tak disangka-sangka. Berawal dari seorang pemuda
yang keberatan menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan, bahasa
Indonesia pun lahir. Ia menjadi pemersatu jutaan orang dengan ratusan bahasa
lokal, sekaligus turut mengantarkan mereka menuju kemerdekaan.
Syahdan, pada 2 Mei 1926, di sebuah forum, dua anak muda yang bernama depan
Mohammad tengah berdebat sengit. Mohammad pertama berasal dari tanah Minang,
lulusan Algemeene Middelbare School (AMS) Yogyakarta, dan biasa dipanggil Yamin
oleh kawan-kawannya. Lawan debat Yamin, di sisi lain, berdarah Madura, lahir di
Pamekasan, dan masih sekolah di OSVIA di Bandung.
Mohammad yang satu ini bernama lengkap Mohammad Tabrani. Keduanya, juga puluhan
orang lainnya, sedang berada dalam sebuah pertemuan yang bertajuk “Congres
Pemoeda”. Di Hindia Belanda saat itu telah banyak organisasi kepemudaan: Jong
Java, Jong Soematranen Bond, Jong Ambon, Jong Celebes, dan lain sebagainya.
Beragam organisasi itu sepakat berkumpul untuk mempererat kerja sama di antara
mereka, sekalian menggagas sebuah cita-cita persatuan di kalangan mereka,
bangsa Indonesia. Poin perdebatan antara Yamin dan Tabrani terkesan sederhana.
Namun, nilainya krusial sebab menentukan cara berkomunikasi jutaan orang yang
tergabung dalam sebuah negara baru suatu saat nanti. Dalam autobiografinya,
Anak Nakal Banyak Akal, Tabrani menceritakan perdebatan itu. Yamin berpendapat,
sebaiknya bahasa yang dipakai orang Indonesia adalah bahasa Melayu, bahasa yang
umum dipakai oleh kalangan intelektual dan jurnalis pada masa itu. Tabrani, di
sisi yang lain, bersikeras menolaknya. Jika mereka mengaku bangsa Indonesia,
harusnya bahasa mereka adalah bahasa Indonesia juga.
Link Download
Tidak ada komentar:
Posting Komentar