Judul Buku: Terobsesi
Bungkus, Lupa Akan Isi
Penulis: Audrey
Yu
Penerbit: Bentang
Pustaka
Tahun: 2019
Jumlah Halaman: 211
Awal Juli 2019 lalu, media sosial kita sempat riuh akan
berita mengenai Audrey. Dipicu oleh salah satu akun Twitter yang mengeluarkan
pernyataan bahwa Audrey merupakan anak genius asal Indonesia yang saat ini
tengah bekerja di NASA. Berita viral yang tentu saja hoaks itu mengingatkan kami pada dua buku yang
diterbitkannya di Bentang Pustaka, Mellow Yellow Drama (2014)
dan Mencari Sila Kelima (2014).
Di balik riuhnya kekaguman kepada Audrey dengan sederet
prestasinya yang memang mengagumkan, rasa sakit hati Audrey tercetak dengan
sangat jelas melalui tulisan-tulisannya. Ia merasa diabaikan, disingkirkan, dan
tidak didengar. Orang di sekitarnya hanya tertarik pada sederet prestasinya.
Namun, menolak untuk mendengar perasaannya lebih jauh. Ia dianggap anak aneh
karena kerap menanyakan hal-hal yang “mengganggu”. Seperti, “Kenapa rasa senang
terhadap mainan baru hanya bertahan sesaat?” atau “Sebenarnya apa tujuan hidup
kita di dunia?”. Uniknya, pertanyaan-pertanyaan itu memang terlontar ketika ia
masih berusia 6 tahun.
Mellow Yellow Drama merupakan memoar Audrey sebagai
perempuan Tionghoa yang mendapat perlakuan diskriminasi di lingkungannya. Rasa
cinta Tanah Air-nya kerap diragukan karena ia dianggap bukan warga negara asli.
Sementara Mencari Sila Kelima merupakan sebuah surat panjang yang
ditulis Audrey berisi pemikirannya mengenai keistimewaan Pancasila. Bahwa dari
Pancasila-lah, kita bisa menemukan pertalian saudara di balik adanya perbedaan
seperti suku, agama, keyakinan, ras, maupun golongan.
Menulis tampaknya menjadi sebuah terapi bagi Audrey.
Dibandingkan dengan mengemukakan pendapatnya melalui berbicara, Audrey terlihat
lebih nyaman mengeluarkan segenap unek-uneknya melalui tulisan. Tak ada
distorsi dan ia pun bebas menyelesaikan semua gagasannya tanpa khawatir
disanggah sebelum pembicaraannya usai.
Jilid ketiga dari serial memoar Audrey ini pun lahir karena
kegelisahannya yang belum usai akan perilaku lingkungan di
sekitarnya. Terobsesi Bungkus, Lupa akan Isi menunjukkan kepada kita
bahwa ada begitu banyak orang yang mudah tersulut emosi karena sepotong
pemahaman yang tidak lengkap.
Saat membaca tulisan dalam buku ini, bisa jadi kita merasa
tidak nyaman dan marah. Pada satu sisi, kita ikut simpati dengan perasaan
terasingnya. Dari sisi lain, muncul perasaan menolak karena pada dasarnya tidak
semua orang di Indonesia bersikap demikian. Hal yang perlu kita pahami adalah
segala hal yang dirasakan Audrey bersumber dari pengalamannya. Ia memang
tinggal di lingkungan ketika penampilan luarlah yang mewakili segalanya.
Kesimpulan itu pun muncul dan menjadi generalisasi karena sekali lagi, sikap
menghakimi dari luarlah yang selalu dan selama ini ia terima. Kita boleh tidak
bersepakat dalam beberapa hal dengan Audrey, tetapi kita tetap perlu menghargai
apa yang ia rasakan dan menjadikannya sebagai sebuah kritik.
Kami, selaku penerbit, selalu percaya bahwa di Indonesia ada
lebih banyak orang yang senang mendengar dan memahami dibandingkan dengan yang
senang mengabaikan dan menghakimi. Untuk itulah buku ini kami persembahkan.
Download ebook Terobsesi
Bungkus, Lupa Akan Isi pdf via
Google Drive:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar