Judul Buku: Pelangi
Cina Indonesia
Penulis: Redaksi Intisari
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun: 2002
Jumlah Halaman: 194
Sebagai masyarakat yang heterogen, Indonesia dimiliki oleh
berbagai macam suku bangsa, asli ataupun keturunan. Misalnya, Sunda, Jawa,
Minang, Cina, Arab, dan sebagainya. Masing-masing memiliki keunikan dan
keragaman yang memperkaya khasanah budaya negeri kita. Dari judulnya saja
mungkin sudah tercermin bahwa yang akan disajikan di sini adalah berbagai kisah
tentang keturunan Cina. Menurut Prof. Gondomono, Ph.D., kelompok Cina di
Indonesia merupakan masyarakat yang heterogen. Jadi, sangat keliru jika selama
ini sering kali ada anggapan yang memukul rata kelompok Cina dengan
mempergunakan stereotipe yang umumnya berkonotasi buruk. Dalam kenyataannya,
seperti semua kelompok etnik di mana pun, di antara kelompok Cina pun ada yang
baik dan jahat, yang kasar maupun yang berbudaya, yang mempergunakan uangnya
untuk berkolusi dengan pejabat maupun untuk kesejahteraan orang banyak, yang
mementingkan kesejahteraan pribadi semata maupun yang mengabdikan hidupnya
untuk kepentingan masyarakat sekelilingnya.
Buku ini memang hanya memuat sepuluh orang dari mereka. Di
antaranya adalah: Oei Tiong Ham. Selain merupakan orang terkaya di Indonesia
pada zamannya, si Raja Gula dari Semarang ini juga merupakan konglomerat
pertama di Asia Tenggara. Baginya, uang bukanlah masalah. Tetapi pada kenyataannya,
ternyata hidup pria mata keranjang ini tidak sebahagia yang dibayangkan orang.
Mungkin benar seperti kata pepatah 'Tak ada pesta yang tak berakhir". Jika
Jawa memiliki Oei Tiong Ham, di Medan ada Tjong A Fie yang tidak kalah
terkenalnya dan memiliki kekayaan tak kalah hebohnya. Bahkan fotonya sempat
menghiasi mata uang. Kebaikan hatinya tetap menjadi buah bibir masyarakat Medan
sampai sekarang ini. Jika selama ini masyarakat Cina selalu dianggap identik
dengan uang, mungkin perilaku dr. Oen Boen Ing dari Solo bisa mematahkan
anggapan tersebut. Baginya, menolong pasien merupakan keharusan. Soal si pasien
mau bayar ataupun tidak, dia tidak peduli sama sekali.
Sementara itu Steve Liem yang lebih dikenal dengan nama Teguh
Karya tidak ragu mengabdikan hidupnya bagi kemajuan dunia teater dan perfilman
nasional Indonesia. Tapi kita juga tidak bisa menutup mata bahwa ada saja orang
yang sering kali nyeleneh, seperti yang ditunjukkan oleh Oey Tambahsia. Mungkin
karena tidak kuat iman menerima warisan yang besar, kelakuan pria
"bingung" ini memicu berbagai masalah yang akhirnya sering kali
keluar dari tatanan yang berlaku dalam masyarakat. Ternyata semua itu harus
dibayarnya dengan mahal. Di dalam masyarakat seperti sekarang ini di mana
keadilan sulit diperoleh, perjuangan yang ditunjukkan oleh Yap Thiam Hien, S.H.
alias Singa Tua Pembela Keadilan, mungkin bisa memberi sedikit kelegaan.
Mudah-mudahan melalui isi buku ini kita bisa belajar banyak mengenai masa lalu,
perjuangan hidup, dan Iain-lain. Selamat membaca!
Download ebook Pelangi Cina Indonesia pdf via Google Drive:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar