Tanggal Rilis: 02 Maret 2023
Catatan Editorial
Kenangan Seorang Peneliti Bungker Jepang
Ketika merancang tema edisi ini, saya teringat seorang kawan lama asal Belanda. Namanya, John Verbeek, pemerhati sejarah perbentengan era Hindia Belanda dan Jepang. “Saya bukan sejarawan, sekadar hobi, sehari-hari bekerja di Kementerian Transportasi di Den Haag,” ujar John saat kami berkenalan pada 2007.
Awalnya, John mengontak setelah membaca blog saya tentang repihan batterij di
Ancol yang pernah digadang-gadang untuk menghadapi Perang Asia Timur Raya. Ia
selalu datang ke Indonesia bersama Tini istrinya yang asal Jawa Tengah dan Tina,
anak mereka yang sudah akrab dengan kelembapan bungker sejak bayi.
John mencatat dimensi setiap bungker dan pillbox secara saksama. Kami
mengobservasi dan mendata dimensinya di Jakarta, Bogor, Tangerang, sampai
Bengkulu. Kadang saya malu, umumnya bungker Jepang itu tak terurus dengan
layak, sebagian menjadi tempat sampah. Kepada John, saya melaporkan perjalanan
sendirian ke Kalimaro, perbukitan karst di timur Purworejo.
Saya mendapati beberapa bungker berturet senjata yang menghadap garis pantai.
Situasinya mirip dengan pertahanan Jepang di Gunung Suribachi, Iwojima. Saat
itu saya berjumpa Amat Darso, warga yang masa kecilnya turut membangun bungker
Kalimaro. Jepang memberi upah untuk warga yang membangun, ungkap kakek itu.
Link Download:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar