Tanggal Rilis: 30 Oktober 2023
Catatan Editorial
Mereka Saling Berperang di Perkarangan Kita
Saya dan Ade Purnama, kawan dari Sahabat Museum, pernah menyusuri jejak Perang
Napoleon di Batavia. Kami memulai dari vila Vredestein di Cilincing sampai
tapak Fort Meester Cornelis di Jatinegara. “Four Horse Artillery Guns directly
Facing the Bridge over the Slokkan,” demikian tertulis dalam referensi peta
milik Inggris, 1811.
Peta itu bertajuk Plan of Attack on the Fortifi ed Lines of Cornelis. Bersama
salinan peta itu kami mencari penanda geografi “The Slokkan” yang membentang
dari Kampung Melayu sampai Salemba. Ajaibnya, referensi pada peta itu merujuk
pada jembatan dan selokan yang sampai hari ini masih digunakan. Lokasinya, Gang
Solitude—toponimi yang menandai akhir kecamuk pertempuran hebat yang menyisakan
suasana sepi.
“Indonesia adalah terra bellica,” kata ahli sejarah militer Saleh Djamhari
(1938-2017) kepada saya. “Indonesia itu tanah perang, perangnya bangsa-bangsa,
bukan perang kita. Kita hanya menjadi penonton perang yang baik.” Saleh hendak
menggambarkan bahwa negeri kita begitu kaya sehingga banyak bangsa asing
berebut untuk mendapatkannya.
Dari perseteruan poros JepangJerman versus Sekutu pada Perang Dunia Kedua,
perseteruan Inggris versus Belanda-Prancis pada Perang Napoleon, sampai perang
antarbangsa pemburu rempah. Kadang, pertempuran mereka terlewat dalam linimasa
sejarah kita. Barangkali, kita menganggapnya bukan bagian sejarah kita. Namun,
pertempuran-pertempuran itu menentukan nasib kita sebagai tuan rumah. Kita pun
sejatinya berkesempatan melestarikan jejakjejak sejarah dunia.
Edisi ini menyajikan risalah perang antarbangsa yang terjadi di pekarangan
rumah kita. Meski bukan perang kita, kita tidak menutup mata terhadap jatuhnya
korban Bumiputra. “Ilmu pengetahuan turut membantu dalam perang. Tidak sekadar
mengembangkan kekuatan militer, tetapi juga ilmu budaya,” demikian pesan Saleh
kepada kita.
Link Download:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar